Pendahuluan
Krisis lingkungan hidup adalah krisis manusiawi. Bacaan Bumi edisi ini menelusuri pertanyaan yang sangat manusiawi: Bagaimana saya pribadi bisa menjadi bagian dari penyelesaian, bukan lagi bagian dari permasalahan? Pertanyaan mendalam! Bersentuhan dengan filsafat dan agama.
Budhy Munawar-Rachman mengundang kita berkunjung ke sebuah tempat istimewa. Di Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, dekat Garut, pertanyaan sejenis tiap hari diajukan secara terbuka. Pemimpinnya Nyai Nissa Wargadipura mengajak orang kota untuk datang ‘belajar hidup sederhana dan melihat kebijaksanaan lokal dari pertanian Sunda Muslim.’ Santri menggali ilmu etis untuk ‘menyelamatkan planet’ di dalam ajaran Qur’an dan Hadis. Mereka juga mempraktikkannya. Area pesantren adalah laboratorium hidup pertanian berkelanjutan.
Gerry van Klinken memperkenalkan filsuf Norwegia Arne Naess, perumus Deep Ecology. Kunci filsafatnya bukanlah aturan baik dan salah yang harus dihafalkan, melainkan sebuah konsep Diri yang unik. Daripada hanya mementingkan kenyamanan sendiri, Deep Ecology membimbing Diri agar beridentifikasi dengan lingkungan hidup. ‘Kinilah saatnya,’ kata Naess, ‘untuk berbagi dengan seluruh kehidupan di bumi kita yang sedang disakiti melalui identifikasi yang semakin dalam pada segala macam bentuk hidup.’ Naess mengaku bahwa prinsip yang sama ditemukan dalam banyak aliran kuno, termasuk agama-agama Asia.
Simaklah Bacaan Bumi edisi ini! Kirimlah tanggapan ke editor@insideindonesia.org.
Gerry van Klinken (Editor, Bacaan Bumi)