Edisi perdana Bacaan Bumi membahas ideologi politik. Ideologi menawarkan wacana untuk membuat dunia lebih baik. Banyak ideologi selama ini mendengarkan suara manusia, tetapi apakah ada juga yang mendengarkan suara Ibu Bumi? Ada, kata Andrew Dobson, yang bukunya Green Politics (Politik Hijau) dibicarakan di sini. Ia menamakannya Ekologisme. Ideologi lama, seperti liberalisme dan sosialisme, lahir pada abad ke-19, ketika persoalan lingkungan hidup belum begitu terasa. Meskipun tidak buta pada soal lingkungan, ideologi lama menganggapnya relatif gampang diatasi dengan bantuan teknologi. Penyelesaian teknis mereka bukanlah ideologi politik yang lengkap. Ekologisme, sebaliknya, belum lama ini lahir sebagai ideologi. Pemicunya adalah laporan ilmiah Batas-Batas Pertumbuhan terbitan tahun 1972. Laporan ini meramalkan bencana global yang dahsyat apabila manusia tidak mengubah haluan secara radikal. Partai-partai Hijau yang dibentuk di banyak negara sejak saat itu menuntut perubahan sejenis.
Sementara itu, pemikir ekologis Indonesia George Towar Ikbal Tawakkal menyingkap sebuah rahasia yang terkandung dalam ideologi politik Indonesia paling asli. Ternyata Marhaenisme, ideologi sosio-nasionalisme rumusan Bung Karno, memiliki unsur ekologis yang kuat. Demikian kuat sehingga patut diberi nama baru: Eko-Marhaenisme. 'Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya', kata Soekarno pada 1 Juni 1945.
Simaklah Bacaan Bumi edisi ini!
Kirimlah tanggapan ke editor@insideindonesia.org.