Krisis iklim mengancam seluruh kehidupan, manusia tidak terkecuali. Apakah pemerintahan sedunia akan melindungi warganya dengan menghentikan pembakaran bahan bakar fosil? Pertanyaan itu semakin mendesak menjelang pertemuan PBB di Nusa Dua, Bali, Desember 2007. Hasilnya: janji untuk betul-betul bertindak pada pertemuan berikut, Kopenhagen 2009. Disitulah, sejumlah pemimpin paling kuat termasuk Barack Obama menyabotase janji Bali. Bukan gagal: digagalkan. Mulai saat itu, orang yang tak lagi percaya janji turun ke jalan di seluruh dunia menuntut keadilan: “System change, not climate change.”
Edisi Bacaan Bumi ini mengulas pergerakan keadilan lingkungan hidup sedunia: sejarahnya, tema-temanya. Konflik tanah kelapa sawit di Indonesia menjadi studi kasus. Perampasan tanah adat, pengrusakan lingkungan, kolusi bisnis dengan politik, dan frustrasi warga kecil. Pada penutup bab ini muncullah pertanyaan: Apakah mungkin, tatanan politis yang lebih bersahabat dengan manusia maupun Ibu Bumi justru lahir dari aktivisme “proletariat lingkungan hidup,” lebih daripada kelas menengah atas yang urban?
Sinergy Aditya Airlangga selanjutnya menyoroti sistem produksi. Demi keuntungan semata, sistem ini memeras tenaga-kerja, dan mencemari lingkungan. Di sinilah peluang bagi kaum buruh, tulis Sinergy. Logika produksi yang merusak dapat diubah bila buruh menggantikannya dengan logika lebih bersahabat bagi pekerja serta lingkungan.
Simaklah Bacaan Bumi edisi ini!
Kirimlah tanggapan ke editor@insideindonesia.org.