Nov 21, 2024 Last Updated 2:20 AM, Oct 31, 2024

3. Sejarah (Binatang)

Published: May 27, 2024

Edisi 3 Bacaan Bumi bermesraan dengan binatang (selain manusia). Kita mencintai mereka, tapi juga memperlakukannya secara kejam. Anjing dipotong untuk dimakan. Harimau, raja mamalia, mati kelaparan di kebon binatang karena anggaran dirasakan habis. Ratusan spesies Indonesia terancam punah.

Siapa yang mendengarkan jeritan mereka? Penyayang binatang, tentu. Tetapi peneliti di universitas? Sejarawan? Tunggu dulu. Profesor ilmu budaya di seluruh dunia rata-rata lebih mementingkan perasaan manusia. Seolah kita sendirian di alam ini. Kita bersikap Antroposentris. 

Abdul Wahid mengusulkan cara lain. Manusia bukanlah satu-satunya makhluk berperasaan di dunia ini. Critical Animal Studies, bidang studi baru, menolak Antroposentrisme dan membayangkan masa depan yang bersahabat dengan sesama binatang.

Gerry van Klinken menunjukkan mengapa binatang perlu juga diteliti di fakultas ilmu budaya. Kita dapat belajar hal baru mengenai diri kita manusia. Studi tentang perilaku binatang mengalami “revolusi” selama tiga-empat dasawarsa terakhir ini. Daripada murni dipraktekkan biolog, peminatnya meluas hingga berlatar-belakang sejarah, antropologi, sosiologi, dan filsafat.

Ternyata binatang memperlihatkan perilaku moral. Banyak binatang sosial (seperti orang utan, serigala, lumba-lumba, dan sejumlah burung) bekerjasama tanpa pamrih, menyingkap rasa empati bagi sesama, dan menegakkan kesetaraan secara adil. Mereka adalah subyek dengan budaya sendiri.

Simaklah edisi baru ini! Kirimlah tanggapan ke editor@insideindonesia.org.

Bacaan Bumi: Pemikiran Ekologis

Latest Articles

Tetangga: These are the stories of our neighbours

Oct 23, 2024 - ASHLYNN HANNAH & SOFIA JAYNE

Introducing a new podcast series

Obit: Adrian Horridge, 1927-2024

Oct 22, 2024 - JEFFREY MELLEFONT

From distinguished neurophysiologist to maritime historian

Book review: The Sun in His Eyes

Oct 07, 2024 - RON WITTON

Elusive promises of the Yogyakarta International Airport’s aerotropolis

Oct 02, 2024 - KHIDIR M PRAWIROSUSANTO & ELIESTA HANDITYA

Yogyakarta's new international airport and aerotropolis embody national aspirations, but at what cost to the locals it has displaced?

Book review: Beauty within tragedy

Sep 09, 2024 - DUNCAN GRAHAM

Subscribe to Inside Indonesia

Receive Inside Indonesia's latest articles and quarterly editions in your inbox.

Bacaan Bumi: Pemikiran Ekologis – sebuah suplemen Inside Indonesia

Lontar Modern Indonesia

Lontar-Logo-Ok

 

A selection of stories from the Indonesian classics and modern writers, periodically published free for Inside Indonesia readers, courtesy of Lontar.